Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi – Rectoverso.
Begitulah yang ditulis Ndoroputri di status bbm nya. Entah sejak hari apa dia menulisnya. Awal saya membaca hanya sekilas dan tanpa menghayati kata demi kata. Setelah saya buka kembali akun Ndoroputri, saya kembali membacanya. Saya pahami dan perlahan tanpa sadar saya meneteskan air mata.
Ndoroputri adalah seorang ‘mbak’ bagi saya. Dua tahun yang lalu saya mengenalnya lewat tulisan-tulisannya. Entah, seperti ada magnet yang membuat saya tertarik tak hanya pada tulisannya. Lebih pada suaranya, wajahnya dan cerita hidupnya. Cantik, setelah saya tau Ndoro yang hanya lewat gambar. Merdu dan dewasa, setelah saya mendengar suaranya yang berceloteh dari seberang pulau sana. Kami saling berbagi cerita, dan duuh!! banyak kemiripan rupanya. Pernah, mungkin lebih dari tiga kali kami menangis bersama, saling berpelukan untuk menguatkan. Saling memberi bahu untuk bersandar jika salah satu dari kami mulai perlahan lunglai.
Lama saya tak lagi mendengar suaranya dan berbagi cerita dengannya. Kesibukan dan jarak yang membuat jeda. Sesekali kita bertukar kabar. Ketika Ndoro telah dipertemukan dengan sebuah nama yang mengisi hatinya, saya masih sendiri. Menikmati sepi dan bercanda dengan kopi. Lalu, ketika saya mencoba menata kembali hati, dia kehilangan (lagi).
“Mbak, apa kabar hati?” pertanyaan itu yang sering saya tanyakan padanya. Lebih sering ketika saya sudah menata kembali hati, menemukan penyelamat hati, dan memiliki pengusir sepi. Iya, setelah hati saya kembali utuh, saya memang mulai jauh dengannya. Maafkan saya. Saya ingin dia pun menemukan separuh hati yang entah tercecer dimana. Sama-sama menuju genap. Saling bertukar kabar tentang separuh hati masing-masing, dan bertukar menu masakan (mungkin). Semoga dia disegerakan dipertemukan dengan separuh hatinya yang entah Tuhan menyimpannya dimana.
Pesan yang dia bisikan ke saya, ketika saya hendak menuju genap. “Dek, ketika kita sudah memutuskan untuk menikah, maka kita sudah harus bisa memastikan bahwa kita telah memiliki stock sabar yang banyak banyak banyak banyaaakkkkkk.” Saya mengangguk sambil meneteskan air mata. Karena, mungkin stock sabar saya tak sebanyak seperti yang dia katakan. Kado doa yang saya minta darinya, semoga berjalannya waktu stock sabar saya nantinya akan berlipat ganda semakin banyak dan tak terhitung.
Memang, ketika kita yang ganjil sudah memutuskan untuk menjadi genap, apapun keadaanya stock sabarlah yang menjadi kekuatan kita. Menjadi tangan yang mengelus dada, menjadi pundak untuk tempat bersandar dan menjadi sapu tangan penyeka air mata. Namun, jangan kaget ya Ndoro, ketika suatu saat, saya memintamu untuk meminjamkan pundakmu lima menit saja. Hanya lima menit. Untuk saya menyandarkan lelah, beristirahat dengan harapan stock sabar saya akan terkumpul kembali. Proses restock sabar 🙂
Ndoroputri, terimakasih. Karena sabar memang tak berbatas tak terhitung.
“unlimited pokoknya” katanya. 😀